Baru aja rasanya keluar dari mulut singa, kulitku masih tercabik-cabik. Meskipun darahnya dah berhenti, lukanya masih nyut-nyutan. Eh, ketemu buaya! Masuk gak ya? Coba diliat, bisa jalan muter apa emang harus dilawan ni buaya. Salahnya, aku mengira singa yang baru aja kukalahkan itu seekor kucing jinak. Waduh, jauh dari jinak deh! Tapi sekarang aku ketemu buaya ini, jangan-jangan hanya seekor cicak sebenarnya?
Mata ini tidak dapat dipercaya, sama halnya dengan kepalaku yang penuh imajinasi berlebih. Namun, hati pun tidak lebih terpercaya dari kedua saudaranya. Melihat dengan hati berarti melucuti diri sendiri dari perisai dan jubah besi. Melihat dengan hati berarti membuka helm dan melempar pedang jauh-jauh. Melihat dengan hati berarti menantang singa bagaikan menantang kucing dan melawan buaya bagaikan melawan cicak.
Melihat dengan hati juga mendorongku untuk bertindak gagah berani (kadang jadi bodoh juga) tapi yang menakjubkan, hati tau seberapa besar kapasitas diri. Hati tau kulitku tidak setebal kulit badak tapi ia tau dengan perawatan yang tepat, semua luka di kulitku akan menutup, namun pelajaran tentang rasa sakit yang pernah kuderita tidak akan hilang, membuatku lebih melindungi diri agar tidak terluka terlalu banyak. Hati juga tau mata dan pikiran suka menakut-nakuti diriku, makanya ia selalu mengecilkan masalah, supaya sedikit berimbang.
Singa n buaya atau hanya kucing n cicak? Tergantung dengan apa aku mau melihatnya 🙂
Uncharted 